+62 81 xxx xxx xxx

admin@demo.panda.id

Sejarah Desa

Tidak ada sumber primer, baik prasasti ataupun naskah tertulis yang menjelaskan sejarah awal keberadaan Desa Cilopadang. Sejarah Desa Cilopadang hanya dipahami dari cerita lisan yang disampaikan secara turun temurun dari generasi ke generasi.

  • Legenda Desa / Asal usul Desa

Tak ada selembar kertaspun yang tertinggal di Desa ini, maklumlah karena Cilopadang mengalami Zaman penjajahan Jepang yang sangat dahsyat kemudian perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang disebut-sebut perang ( Renvil ke II ) di tahun 1947. Oleh karenanya semua catatan mengenai pemerintahan desa menjadi tercecer atau sebagian sengaja dibakar untuk menghilangkan data yang ada agar tidak dimanfaatkan oleh Penjajah Belanda. Di bawah ini saya tulis hanya berdasarkan dari cerita orang terdahulu, mereka yang sudah manula dan masih punya ingatan segar sediktnya masih bisa dipercaya.

Konon berdirinya Desa Cilopadang ini jauh sebelum Kemerdekaan Republik Indonesia di Proklamirkan, tahun berapa didirikan tak ada yang tahu secara pasti pada zaman Pemerintah Kolonial Hindia Belanda. Nama Desa Cilopadang berasal dari Bahasa Sunda yang artinya Air yang Bening dan Mencerahkan ( Cilo diambil dari kata cai yang artinya Air, sedangkan Padang atau caang berarti Cerah/Bening ) Luas Desa ini sangat luas, kira – kira 1.450 Ha lebih. Sehingga dari ujung selatan desa ini ke Ibu kota Kecamatan Majenang memakan waktu sehari semalam pejalan kaki dengan kondisi jalan yang masih setapak dan banyak tulakan (putus-putus), mereka berjalan diatas galengan atau pematang sawah. Batas wilayah desa ini adalah Sebelah utara berbatasan dengan Desa Boja (Kecamatan Majenang) dan Desa Cijati ( kecamatan Cimanggu ), Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Cilempuyang (Kecamatan Cimanggu) sebelum desa Cilempuyang ini dimekarkan. Sebelah selatan berbatasan dengan PTPN Perkebunan Karet Milik Negara yang pada waktu itu masih disewa oleh orang Belanda (Kulit Putih), sebelah barat berbatasan dengan Desa Sindangsari sebelum Desa Sindangsari ini di Mekarkan.

  1. MAD SONO

Konon ceritanya, yang menjadi lurah pertama kali di Desa Cilopadang adalah seorang pendatang dari Jogja yang diangkat oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Namanya Mad Sono, lamanya menjabat Lurah pun tidak ada yang tahu. Setelah Lurah ini berhenti kemudian diadakan pemilihan Lurah walaupun pelaksanaannya masih sangat sederhana, dan yang terpilih adalah Mad Sujangi dari Dukuh Bendasari, Kebaon Benda Wetan.

  1. MAD SUJANGI

Pembangunan pada masa Lurah Mad Sujangi membuat jalan desa dari Ujung Selatan ( Dukuh Sumbersari) sampai ke Dukuh Jatinegara di Kebaon Jatinegara, Kemudian membangun Jembatan gantung dari bamboo yang melintas di Sungai Benda.

Pembangunan yang ketiga adalah membangun Pasar Desa yang didirikan di dukuh  Bendasari sebelah utara sungai Benda. Karena Lurah ini sangat kaya sehingga menolak tanah bengkok yang tawarkan Pemerintah Belanda dengan alasan masih banyak tanahnya sendiri yang tidak tergarap.  Itulah sebabnya sampai sekarang tidak ada bengkok di Desa Cilopadang. Lamanya Lurah ini menjabat, para sesepuh pun tidak ada yang tahu pasti.  Lurah selanjutnya berasal dari dukuh Sumbersari di wilayah Kebaon Benda Kulon tapi ini tidak lama dan tidak ada bukti atau catatan sejarah yang menceritakan keberhasilan beliau dalam membangun desa ini.

  1. TOLIB

Beliau berasal dari dukuh Cilopadang Kidul di Kebaon Cilopadang Kidul.  Dibawah kepemimpinan Lurah Tolib, dibangunlah sebuah Balai Desa yang ditempatkan di dukuh Ciguling, Kebaon Cilumuh dan sebuah Sekolah Rakyat (SR) yang didirikan oleh Pemerintah Belanda. Karena Sekolah Rakyat hanya sampai Kelas 3, bagi murid yang hendak menamatkan harus melanjutkan ke Kota Majenang hingga Kelas 6.

  1. ROESMIN / MARTO ATMOJO ( 1945 – 1976 )

Pada masa ini terjadi Penjajahan Jepang yang sangat dahsyat menindas rakyat dan Balai Desa Cilopadang yang letaknya memang di pinggir jalan  banyak disinggahi orang – orang dari daerah lain bahkan diantaranya ada yang sampai meninggal dunia karena kelaparan. Ditambah lagi sejak ditanda tangani perjanjian Renville situasi di Indonesia semakin bergolak sehingga dampak yang terjadi di desa Cilopadang memaksa Lurah Marto Atmojo mengungsi ke daerah pegunungan. Kemudian ditunjuk oleh Pemerintah Belanda Bapak  SAN MIRJA yang berasal dari dukuh Jati Negara sebagai pelaksana tugas Kepala Desa. Setelah situasi keamanan mulai reda barulah Lurah Marto Atmojo turun kembali dan jabatan Kepala Desa diserahkan kembali oleh Bapak SAN MIRJA. Dibawah kepemimpinan Lurah Marto Atmojo, desa Cilopadang dibagi menjadi 5 (lima) kebaon yaitu : Kebaon Jatinegara, Kebaon Cilopadang, Kebaon Cilumuh, Kebaon Benda Wetan dan Kebaon Benda Kulon. Lurah Atmo Atmojo yang awalnya berdomisili di Kebaon Jatinegara berpindah ke Kebaon Cilumuh tepatnya di dukuh Ciguling di belakang Balai Desa Cilopadang. Kepemimpinan Lurah Atmo Atmojo sangat terkenal dan mendapat penghargaan dari Pemerintah Pusat, karena Desa Cilopadang termasuk daerah rawan keamanan dari gangguan DI/TII namun masih bisa menjaga wilayahnya dan pembangunan berupa Bendungan Pedesaan di Dukuh Bendasari yang bisa mengairi sawah Godag Benda yang sangat luas kira-kira sekitar 600 Ha tapi karena konstruksinya belum memenuhi standar maka tidak lama kemudian Bendung tersebut hancur dan oleh pemerintah pusat di zaman Orde Baru dibangun sebuah Bendung Teknis di Sungai Cilumuh yang sampai sekarang Bendung ini dimanfaatkan oleh 8 desa dengan luas areal lebih dari 1.368 Ha. Delapan desa tersebut tiga desa masuk Kecamatan Cimanggu dan 5 desa masuk Kecamatan Majenang. Lurah Marto Atmojo tutup usia ditahun 1976 dan berakhir pula masa jabatanya sebagai Kepala Desa.

  1. HAJI AMIR ( 1976 – 1979 )

Sepeninggal Lurah Marto Atmojo diadakan pemilihan Kepala Desa, dan yang terpilih adalah Bapak Haji Amir dari dusun Bendasari di Kebaon Benda Wetan. Di waktu pemerintahan Haji Amir ini didirikan beberapa SD Inpres oleh Pemerintah Pusat. Karena kemampuan memimpin desa masih kurang memadai bagi perkembangan zaman, maka oleh pemerintah Kabupaten diberhentikan dengan hormat ( hanya menjabat selama 4 tahun).

  1. PUJO HARTANTO ( 1979 – 1989 )

Bapak Pujo Hartanto berasal dari dukuh Ciguling di Kebaon Cilumuh. Desa Cilopadang merupakan desa terluas kedua di Kabupaten Cilacap setelah desa Patimuan di Kecamatan Sidareja, maka Pemerintah merencanakan Desa Cilopadang untuk dimekarkan menjadi tiga desa. Oleh karenanya masa jabatan Lurah Pujo Hartanto diperpanjang hingga tahun tahun 1989. Pada masa pemerintahannya beliau merehab Balai Desa dan Kantor Desa Cilopadang dan ditahun 1989 Desa Cilopadang secara resmi di mekarkan menjadi tiga desa yaitu : Desa Cilopadang ( Induk ), Desa Padangjaya dan Desa Padangsari. Pada masa transisi ini ditunjuk Bapak Sek.des Abu Nasir sebagai PLT Kepala Desa selama satu tahun ( 1989 – 1990 ) sampai diadakan Pemilihan Kepala Desa yang baru.

  1. ADHAM ABDUL MAJID ( 1990 – 1996 )

Desa Cilopadang Induk ( disebut Desa Cilopadang ) memiliki luas 445,25 Ha. Desa ini berbatasan sebelah utara dengan Desa Boja Kecamatan Majenang dan desa Cijati Kecamatan Cimanggu, sebelah timur berbatasan dengan desa Rejodadi Kecamatan Cimanggu, Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Padangsari Kecamatan Majenang dan sebelah Barat berbatasan dengan desa Padangjaya Kecamatan Majenang. Sebagai Kepala Desa pertama pasca pemekaran Kepala Desa terpilih adalah Kyai Adham Abdul Majid dari dukuh Pakuaji. Pada masa pemerintahannya, wilayah desa Cilopadang dibagi menjadi 4 (empat) dusun yaitu : Dusun Cipabeasan, Dusun Cilumuh Barat, Dusun Cilumuh timur dan Dusun Benda. Pembangunan yang telah diselesaikan; Pengaspalan Jalan Pakuaji, jalan Babunnajah, Jalan Cipabeasan – Ciburang, Jalan lingkar Cipabeasan, 3 ruas jalan di Jambesewu, Jalan Kyai Ahmad Jazuli, Jalan Babusalam, Pavingisasi 2 ruas jalan di jalan lingkungan RW.09. Dari  Propinsi melalui program PPWKT Bapak Adham dapat merehab Los Pasar Benda. Karena beliau dipanggil kehadirat Tuhan, iapun berhenti sebelum periodenya habis kira – kira baru 6 tahun beliau memerintah desa Cilopadang dan ditunjuklah Bapak carik Abunasir kali kedua sebagai PLT Kades hingga diadakan kembali Pemilihan Kepala Desa di tahun 1998 .

  1. IMAM MACHFUD ( 1998 – 2006 )

Pada tahun 1998 diselenggarakan Pemilihan Kepala Desa dan yang terpilih adalah Bapak Imam Machfud. Beliau berasal dari dukuh Ciguling dusun Cilumuh Barat. Ditahun ini pula Desa Cilopadang juga terjadi pergantian Sekretaris Desa dan yang menjabat adalah Bapak Sutriono dari dusun Benda menggantikan Carik Abunasir. Pada masa bakti Lurah Machfud dapat dibangun Bendung Pedesaan di dukuh Ciburang yang dapat mengairi sawah 5 Ha lebih bersifat semi Teknis, Pemasangan Bronjong Kali Benda, pengaspalan; jalan Rajawali, Jalan Rambutan, jalan Durendan Pavingisasi di dukuh Ciguling sampai habis periode dan diperpanjang 6 bulan karena menunggu penyelenggaraan Pemilihan Umum di tahun 2006.

  1. SURIPTO ( 2007 – 2012 )

Bapak Suripto, Kepala Desa terpilih pada Pemilihan Kepala Desa tahun 2007 berasal dari dusun Cilumuh Timur. Jasa Beliau selama memerintah desa Cilopadang adalah menyelesaikan pengaspalan Jalan Baru di Dusun Cilumuh Timur, Pengaspalan Jalan Sidik, Pengerasan Jalan Guna Tani di Dusun Benda dan melalui program padat Karya merehab Kios Pasar Benda dari Kios Bambu menjadi Permanen.

  1. WARSO AL SUWONDO / WARSO ( 2013 – Sekarang )

Putra dari dusun Cipabeasan yang terpilih menjadi Kepala Desa Cilopadang dalam Pemilihan Kepala Desa di tahun 2012 dan dilantik oleh Bupati Cilacap pada Januari 2013. Kesuksesan beliau dalam menjalankan roda pembangunan di Desa Cilopadang hampir setiap  titik di masing – masing dusun dilaksanakan pembangunan, baik pengaspalan jalan, betonisasi maupun draenase. Di bawah kepemimpinan beliau telah direhab pula Balai Desa Cilopadang yang setelah sekian lama tidak tersentuh pembangunan dan beliau Kepala Desa yang sangat memperhatikan sarana dan prasarana peribadatan maka dibangunlah Mushola Kantor Desa pada Tahun 2017. Pada tahun 2018 selain pembangunan infrastruktur jalan dan talud, dilaksanakan pula Pembangunan Pagar Kantor Desa yang telah sekian lama tidak dipugar. Kemudian pada tahun 2019 Bapak Warso Al Suwondo terpilih kembali dan dilantik pada tanggal 12 Februari 2019 sebagai Kepala Desa Cilopadang untuk periode 2020 – 2025 dengan nama WARSO. Hal ini menyesuaikan dengan nama yang tertera di Ijazah ketika mendaftar sebagai bakal calon Kepala Desa.

    • Sumber Daya Alam

    Desa Cilopadang merupakan salah satu desa di Kecamatan Majenang Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah, memilik luas 545,9 Ha. Secara geografis Desa Cilopadang berbatasan dengan wilayah sebagai berikut :

    1. Sebelah Utara, berbatasan dengan Cijati
    2. Sebelah Timur, berbatasan dengan Rejodadi
    3. Sebelah Selatan, berbatasan dengan Padangsari
    4. Sebelah Barat, Berbatasan dengan Padangjaya

    Secara Administratif, wilayah Desa Cilopadang terdiri dari 4 Dusun, 12 Rukun Warga dan 41 Rukun Tetangga.

    Secara umum Tipologi Desa Cilopadang terdiri dari persawahan, perladangan, perkebunan, peternakan,  Jasa dan perdagangan.

    Topografis Desa Cilopadang secara umum termasuk daerah landai atau dataran rendah, dan berbukit bergelombang, dan berdasarkan ketinggian wilayah Desa Cilopadang diklasifikasikan kepada dataran rendah (0 – 100 m dpl)/dataran sedang (>100 – 500 m dpl)

    Lambang Kabupaten Cilacap

    Peta Wilayah Kabupaten Cilacap

    Silsilah Kepala Desa

    Berikut silsilah Kepala Desa Cilopadang mulai dari
    awal didirikan sampai dengan sekarang

    Mad Sujangi 

    Periode Menjabat

    Mad Sujangi

    Periode Menjabat

    Tolib

    Periode Menjabat 

    Roesmin atau Marto Atmojo

    1945-1976

    Haji Amir

    1976-1979

    Pujo Hartanto

    1979-1989

    Adham Abdul Majid

    1990-1996

    Imam Machfud

    1998-2006

    Suripto

    2007-2012

    Warso Al Suwondo atau Warso

    2013 – Sekarang